Kamis, 03 Juni 2010

Membaca Sambil Tiduran Bisa Berbahaya untuk Mata, Benarkah?

Membaca Sambil Tiduran Bisa Berbahaya untuk Mata, Benarkah?

KOMPAS.com - Pada saat kita masih kecil, kebanyakan nasihat tentang kesehatan yang kita ketahui, datangnya dari orangtua, teman, atau orang-orang lain di sekitar kita. Namun, yang namanya omongan dan informasi yang datang dari mulut ke mulut tak bisa pula kita percaya 100 persen. Sudah saatnya memilah mana yang mitos dan mana yang fakta. Berikut adalah informasi seputar kesehatan mata anak dari Jakarta Eye Center;

"Makan banyak wortel bisa mencegah mata minus"
Sejak di bangku SD kita sudah mengetahui bahwa wortel mengandung vitamin A. Vitamin A bagus untuk mata. Namun, tak berarti kita bisa mengkonsumsi wortel dalam jumlah banyak dan mengharap akan bisa melindungi mata dari penurunan fungsi, seperti mata minus atau lainnya. Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin A bisa memberatkan kerja organ hati, yang fungsinya adalah untuk memproduksi vitamin A dalam tubuh. Vitamin tidak bisa mencegah minus. Semua zat tersebut bekerja pada saraf-saraf retina, bukan pada bagian sistem optik. Mata yang menjadi minus atau plus tergantung pada kelenturan lensa ketika berakomodasi, bukan karena kekurangan asupan vitamin tertentu.

"Sering mengucek mata menyebabkan kebutaan"
Mengucek mata tidak menyebabkan kebutaan, namun bisa menjadi pertanda adanya alergi atau kelainan retina pada mata anak. Anak-anak yang mempunyari kecenderungan alergi pada mata biasanya sering merasa gatal dan refleks mengucek mata, sehingga memengaruhi perkembangan bentuk kornea. Selain itu, mengucek mata memang memiliki risiko. Apalagi ketika tangan dalam keadaan kotor, mengucek mata bisa menyebabkan iritasi mata (konjungtivitis) dan bintitan (hordeolum). Sebaiknya ajarkan kepada anak Anda untuk membasuh atau menyeka mata dengan air bersih apabila matanya terasa gatal.

"Membaca sambil tiduran berbahaya"
Yang pasti, gaya membaca seperti ini bisa membuat mata cepat lelah. Yang paling ideal adalah memposisikan bahan bacaan pada sudut 60 derajat ke arah bawah dan berjarak sekitar 30 cm dari wajah. Jika ingin membaca sambil tiduran, pilih posisi rebah, usahakan tubuh setengah duduk (bersandar pada bantal) dan kepala tegak.

"Jangan nonton televisi terlalu dekat! Nanti matanya rusak!"
Belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa kebiasaan demikian akan merusak mata. Tetapi, Anda perlu waspada jika anak terlalu sering melihat atau menonton obyek terlalu dekat, bisa jadi pertanda penglihatannya memang terganggu. Idealnya, jarak menonton televisi adalah 4 kali diagonal layar televisi. Jadi, jika diagonal layar televisi Anda adalah 50 cm, maka jarak terbaik untuk menonton adalah 2 meter. Kadang anak mendekat dengan televisi karena ingin menyentuh tokoh-tokoh cerita atau merasa dirinya bagian dari cerita dalam televisi. Kebiasaan ini akan hilang sejalan pertambahan usia. Anak-anak bisa fokus dekat tanpa kelelahan mata jauh lebih baik ketimbang orang dewasa. Ketika si kecil menonton televisi, mintalah agar ia sesekali melihat ke suatu obyek yang jauh, untuk merilekskan matanya, misal, dengan melihat pemandangan di luar, atau ke arah ruangan lain yang terlihat dari tempatnya duduk. Ingatkan juga untuk meminta si anak melihat ke arah yang jauh setiap anak melakukan near-work activity, seperti saat membaca.

"Juling pada bayi nantinya normal sendiri"
Ini adalah mitos yang salah. Bayi yang berusia 0-4 bulan memang bisa terlihat juling (strabismus) ketika sedang berusaha melakukan fiksasi, namun keadaan itu akan berhenti sendiri sejalan dengan kemampuan fiksasi yang membaik. Tetapi jika setelah usia 4 bulan mata tetap juling meskipun tidak sedang berfiksasi pada obyek yang dekat mata, segera periksakan anak ke dokter mata untuk memastikan juling atau tidak. Strabismus yang timbul sejak lahir umumnya ditangani dengan prosedur bedah. Menurut ahli strabismus, Dr. Gusti G. Suardana, SpM., "Target bedah strabismus secara umum terbagi dua, yaitu binocular vision dan kosmetik. Target pertama lebih bisa dicapai jika tindakan bedah dilakukan saat usia pasien masih kecil." Jika dibiarkan saja, peluang untuk mendapat binocular vision menghilang, dan dapat berkembang menjadi amblyopia atau mata malas. Ingat, otak cenderung mensupresi bagian tubuh yang jarang dipakai. Pada penderita amblyopia, otak mensupresi mata yang jarang dipakai. Karena itu, mata harus terus dipaksa bekerja, kecuali kita mau otak menganggap mata itu tidak diperlukan lagi.


Sumber: eyeSight dari Jakarta Eye Center

Tidak ada komentar:

Posting Komentar