Selasa, 27 Oktober 2009

Komunikasi

TUGAS KE 3 (KOMUNIKASI)

Nama : Tri Wahyuningsih

NPM : 11108970

Kelas : 2KA09

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah :

  • Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
  • Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.
  • Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.
  • Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain
  • Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
  • Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol")

Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber/ ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.

Jenis-jenis media massa

Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa dimana terdapat ciri-ciri seperti:

  1. Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan
  2. Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu.
  3. Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima.
  4. Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit.

Macam-macam media massa tradisional

Media massa modern

Seiring dengan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon selular.

Media massa yang lebih modern ini memiliki ciri-ciri seperti:

  1. Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui SMS atau internet misalnya)
  2. Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual
  3. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu
  4. Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam
  5. Penerima yang menentukan waktu interaksi

Pengaruh media massa pada budaya

Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari:

  1. skala kecil (individu) dan luas (masyarakat)
  2. kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi.

Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu :

  1. Siapa (who)
  2. Pesannya apa (says what)
  3. Saluran yang digunakan (in what channel)
  4. Kepada siapa (to whom)
  5. Apa dampaknya (with what effect)

Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.

Fungsi-fungsi media massa pada budaya

  1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan.
  2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah.
  3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan.
  4. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).

5. Komunikasi efektif melalui media elektronik.

6. Seperti yang sudah digambarkan pada entri sebelumnya mengenai penggunaan emoticon/smiley sebagai sarana ekspresi emosi seseorang dalam komunikasi tertulis — dalam hal ini melalui media elektronik, karena sejauh pengetahuan saya umumnya pembicaraan melalui surat jarang mengenal emoticon — saya justru jadi bertanya-tanya sendiri.

7. Kalau kita keheranan melihat seseorang yang biasanya menulis dengan datar tanpa emoticon (no offence, tidak maksud menyinggung) tiba-tiba merubah tekniknya tersebut plus menambah variasi emoticon yang digunakan, ibaratnya seperti orang mahal senyum yang tiba-tiba terlihat ceria, maka sebenarnya media apa yang lebih efektif untuk berkomunikasi?

8. Maksud saya, bukan soal smiley-nya. Maksud saya, bukan soal emoticon abuse-nya. Yang saya maksud itu soal proses penyampaian ide-idenya.

9. Kalau dalam proses interaksi sosial di dunia nyata, kita bertemu langsung dengan sang lawan bicara. Kita berada di hadapannya dan dia berada di hadapan kita. Kalau pembicaraan berlangsung dengan wajar, maka minimal terjadi satu kali kontak mata — prediksi kasar untuk yang berlangsung dengan wajar, karena saya rasa satu kali adalah jumlah sangat minimum.

10. Dengan kondisi yang semacam itu, komunikasi langsung di dunia nyata jelas menggambarkan kondisi si pembicara. Misalnya kalau lagi mengobrol, akan kelihatan bagaimana reaksi sewajarnya dari seseorang kalau diberikan topik tertentu. Jika diberikan informasi yang mengejutkan, maka kemungkinan orang itu akan merespon dengan ‘reaksi terkejut’ sebagaimana yang biasa ditunjukkan olehnya. Kalau orangnya memang heboh, maka dia akan terkejut dengan heboh pula. Kalau orangnya kaku, bisa jadi dia hanya manggut-manggut saja.

11. Jadi intinya reaksi dari aksi yang diberikan akan terjadi secara alamiah dalam sebuah komunikasi langsung.

12. Sebaliknya, komunikasi melalui media elektronik bisa jadi berlangsung berbeda. Pembicara dengan lawan bicaranya tidak harus bertemu langsung. Dengan begitu tidak ada kontak mata; paling banter hanya memandang foto dari masing-masing pembicara — itu pun kalau ada.

Pengaruh media massa pada pribadi

Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari [1]

  • Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.
  • Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mempengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut.
  • Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. Mungkin saat kita menyisir rambut kita dengan cara tertentu kita melihat diri kita mirip "gaya rambut lupus", atau menggunakan kacamata a'la "Catatan si Boy".
  • Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.

Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain.

Komunikasi efektif melalui media elektronik.

Seperti yang sudah digambarkan pada entri sebelumnya mengenai penggunaan emoticon/smiley sebagai sarana ekspresi emosi seseorang dalam komunikasi tertulis — dalam hal ini melalui media elektronik, karena sejauh pengetahuan saya umumnya pembicaraan melalui surat jarang mengenal emoticon — saya justru jadi bertanya-tanya sendiri.

Kalau kita keheranan melihat seseorang yang biasanya menulis dengan datar tanpa emoticon (no offence, tidak maksud menyinggung) tiba-tiba merubah tekniknya tersebut plus menambah variasi emoticon yang digunakan, ibaratnya seperti orang mahal senyum yang tiba-tiba terlihat ceria, maka sebenarnya media apa yang lebih efektif untuk berkomunikasi?

Maksud saya, bukan soal smiley-nya. Maksud saya, bukan soal emoticon abuse-nya. Yang saya maksud itu soal proses penyampaian ide-idenya.

Kalau dalam proses interaksi sosial di dunia nyata, kita bertemu langsung dengan sang lawan bicara. Kita berada di hadapannya dan dia berada di hadapan kita. Kalau pembicaraan berlangsung dengan wajar, maka minimal terjadi satu kali kontak mata — prediksi kasar untuk yang berlangsung dengan wajar, karena saya rasa satu kali adalah jumlah sangat minimum.

Dengan kondisi yang semacam itu, komunikasi langsung di dunia nyata jelas menggambarkan kondisi si pembicara. Misalnya kalau lagi mengobrol, akan kelihatan bagaimana reaksi sewajarnya dari seseorang kalau diberikan topik tertentu. Jika diberikan informasi yang mengejutkan, maka kemungkinan orang itu akan merespon dengan ‘reaksi terkejut’ sebagaimana yang biasa ditunjukkan olehnya. Kalau orangnya memang heboh, maka dia akan terkejut dengan heboh pula. Kalau orangnya kaku, bisa jadi dia hanya manggut-manggut saja.

Oleh karena itu, komunikasi lewat media elektronik — sebut saja internet — tidak bisa benar-benar langsung menggambarkan kondisi dari pembicara dan lawan bicaranya. Kalau sedang mengobrol lewat Yahoo! Messenger, misalnya, pasti terdapat gap antara satu pembicaraan dengan pembicaraan lainnya.

Sumber :

www.google.com

www.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar